Sabtu Merindu

21 komentar

Sabtu pagi ini,
Kumerindu pada hangatnya mentari. 
Bahkan pada rona merah ketika pertama kali cahayanya mengintip. 
Kumerindu birunya langit. 
Ketika awanpun enggan menjejak. 
Kumerindu pada pada tenangnya laut.
Ketika nelayan tersenyum membawa buah laut.
Kumerindu pada jernihnya laut. 
Ketika sampah banjir tak menyakitinya. 
Kemrindu… kumerindu… kumerindu. 
Karena aku manusia. 
Karena aku mudah lupa 
Pada hari-hari suram 
Bayangan banjir dimana-mana. 
Dan sekarang kumerindu pada damainya 
Musim lalu, musim yang sempat kukeluhkan panasnya.

Puisi Sabtu Merindu ini dibuat dadakan di hari Sabtu yang dingin
Ketika hujan di Jepara mulai merintik

~~**~**~**~~


Sabtu Merindu. Saya malu mengakui kerinduan ini. Apalagi menumpahkannya dalam puisi asal jika bisa dikatakan itu sebuah puisi. Saat ini saya benar-benar merindukan mentari. Saya ingin banjir yang mengelilingi kota Jepara segera surut. 


Saya tak ingin mengeluh tentang jemuran yang menumpuk. Atau tumpukan kasur yang basah pada banjir yang lalu. Tak juga pada jalan-jalan pusat kota yang mulai berlubang sana-sini. Saya juga tak sanggup mengeluh ketika seikat sawi dihargai 8000 ribu dan itupun tak ada sayurnya. Saya tersenyum pedih melihat banyak wanita yang juga antri bensin sampai berratus-ratus meter ketika hujan masih setia di Jepara. Tidak. Duka ini adalah duka semua rakyat Indonesia. Bahkan duka masyarakat dunia yang mendapatkan anomaly cuaca. Saya hanya merindukan mentari sesekali muncul seperti harapan akan surutnya banjir dan membaiknya aktivitas masyarakat. Kumerindu mentari, pada cahaya dan hangatnya.


Posting ini diikutkan Giveaway Sabtu Merindu pakde Cholik.


Related Posts

21 komentar

  1. sawi seikatnya 8000 mbak??? *langsung ngecek harga di pasr deket rumah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itupun tak ada sawinya mak.
      Jepara terkepung banjir. Banyak loss dagangan yg kosong. Pertamina pun menghentikan kiriman bensin sejak 3 hari lalu.

      Hapus
  2. semangaaat mak...semoga cuaca membaik...insya allah kita selalu dilindungi yang kuasa yaaa maak...sukses GAnyaaa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. InsyaAllah tetap semangat mak. terima kasih ya

      Hapus
  3. Terima kasih atas partisipasi sahabat dalam Giveaway Sabtu Merindu
    Salam hangat dari surabaya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih pakde.
      Dinginnya siang ini jadi hangat dengan salam pakde.

      Hapus
  4. Balasan
    1. Iya mbak. Peluuk.... lebaran depan semoga kita bertemu kembali ya.

      Hapus
  5. Semoga ... Matahari bersinar kembali ...

    hangat ...
    mengeringkan semua ...

    salam saya Mbak Sus

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin.... Saya harap begitu pak, 1 mentari untuk semua. rasa hangat dan damai itu dirindukan

      Hapus
  6. Sabar ya mak susi..mudah2an mentari segera menyapa mak susi dan kota Jepara serta seluruh bumi...agar mengeringkan air bah yg tumpah ruah....wahhh kok jd ikut berpuisi...

    BalasHapus
  7. Balasan
    1. Yang banjir sebenarnya perbatasan-perbatasan mbak. tetapi memutus jalur pengiriman sembako dan yang lainnya.

      Hapus
  8. banyak yang merindu mentari ternyata...... efek musim hi2

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak. pasti rindu juga. Berapa ember cuciannya mbak? xixi

      Hapus
  9. Ikut prihatin dengan banjir di Jepara, semoga lekas surut dan tidak terjadi lagi, Aamiin!

    BalasHapus
  10. Hei hujan kenapa engkau masih disini,
    Bukankah ini waktunya kemarau,
    Waktu bergantinya tanaman pak tani,
    Hahaa, koq jadi ikutan ngetril pusinya ?
    Semangat mbak, semoga hujan segera reda dan mentari menyinari bumi jepara.

    BalasHapus

Posting Komentar